Negara Paling Jago Main Bola Di Asia

Myanmar Nomor Satu, Indonesia Lebih Korup dari Malaysia

Berdasarkan skor CPI tahun 2023, Myanmar menjadi negara paling korup di kawasan Asia Tenggara. Skor CPI Myanmar hanya mendapatkan 20 dan ini menjadikannya negara paling korup nomor 14 di dunia.

Di peringkat kedua ada Kamboja dengan skor CPI 22 dan menyusul Laos dengan skor CPI 28 di peringkat ketiga.

Sementara saudara satu rumpun melayu yakni Indonesia dan Malaysia memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Indonesia masuk dalam top 5 negara di ASEAN yang paling korup, sedangkan Malaysia menjadi negara yang terbaik bersama dengan Singapura, yang paling bersih soal korupsi.

Bagaimana dengan negara lain? Untuk mengetahuinya, berikut ini laporan Indeks Persepsi Korupsi (CPI) tahun 2023 di Asia Tenggara.

TEMPO.CO, Jakarta - Kecintaan terhadap sepak bola tidak mengenal batas. Di seluruh dunia, ada negara-negara tertentu yang menonjol sebagai lambang fanatisme sepak bola, di mana permainan ini melampaui hiburan semata dan menjadi bagian intrinsik dari identitas nasional.

Dengan fanatisme yang tak tergoyahkan terhadap olahraga ini, negara mana saja di Asia yang paling fanatik sepak bola? Ticketgum, sebuah platform penjualan tiket online pertandingan olahraga yang berkantor di Spanyol, melakukan studi komprehensif ini untuk mendapatkan semua jawabannya.\

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk menentukan negara-negara yang paling fanatik terhadap sepak bola, Ticketgum melakukan penelitian pada 42 negara dengan mengumpulkan data tentang berbagai aspek variabel yang dijadikan dasar penilaian.

Aspek tersebut meliputi jumlah stadion sepak bola dan kapasitasnya, rata-rata jumlah penonton, total nilai pasar, hasrat menuju piala dunia, dan nilai hak siar domestik. Aspek tersebut kemudian diolah menjadi skor indeks dengan nilai maksimal 10.

Berikut 5 negara di Asia yang paling fanatik sepakbola:

Arab Saudi memimpin sebagai negara paling gila sepak bola di Asia, dengan skor 5,74 dari 10. Hasrat masyarakat Saudi terhadap sepak bola terlihat jelas dalam liga domestiknya yang semarak, dukungan untuk klub lokal seperti Al Nassr dan Al Hilal, serta perjalanan luar biasa tim nasionalnya dalam kompetisi internasional.

Turki menempati posisi kedua dengan skor 5,70 dari 10. Negara ini memiliki budaya sepak bola yang kuat, dengan klub Super Lig seperti Galatasaray dan Fenerbahçe yang mendapatkan loyalitas besar. Dedikasi para penggemar Turki dan pencapaian bersejarah tim nasionalnya turut berkontribusi pada tradisi sepak bola yang kuat ini.

Qatar menempati posisi ketiga dengan skor 5,43 dari 10. Komitmen negara ini terhadap sepak bola terlihat sepenuhnya ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022. Investasi Qatar dalam infrastruktur, pertumbuhan liga lokal, serta meningkatnya profil klub Al Sadd dan Al Duhail telah memperkuat kecintaan negara ini terhadap sepak bola.

Negara asal Shin Tae-yong, Korea Selatan meraih skor 5,23 dari 10. Lanskap sepak bola Korea Selatan ditandai dengan K League, dukungan fanatik untuk klub-klub seperti FC Seoul dan Suwon Samsung Bluewings, serta penampilan berkesan tim nasional di panggung internasional.

Indonesia juga meraih skor 5,23 dari 10 untuk negara fanatik sepakbola di dunia. Penggemar sepak bola Indonesia menunjukkan dedikasi dan dukungan yang kuat untuk tim lokal seperti Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya. Budaya sepak bola negara ini ditandai dengan para penggemar yang berdedikasi dan liga profesional yang semakin berkembang yang kini mulai menggunakan teknologi VAR.

Asosiasi Global yang Melawan Korupsi Transparency International, melaporkan negara-negara yang paling korup di dunia pada 2023 berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (CPI). Negara di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN masuk ke dalam daftar.

CPI memberi peringkat pada 180 negara di dunia berdasarkan persepsi tingkat korupsi sektor publiknya, dengan skala 0 (sangat korup) hingga 100 (sangat bersih). Hasil menunjukkan bahwa korupsi merajalela di seluruh dunia dengan lebih dari dua pertiga negara mendapat nilai CPI di bawah 50.

Secara global, Somalia menjadi negara paling korup di dunia dengan skor CPI hanya 11. Disusul dengan Venezuela, Suriah, dan Sudan Selatan dengan skor CPI 13.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Negara Paling Korup di Asia Tenggara

Setelah Qatar dan Iran, Korea Selatan menjadi tim ketiga yang lolos ke Piala Dunia pada 1 Februari 2022 setelah menjadi runner-up Grup A babak ketiga. Korsel lolos ke Piala Dunia untuk kali ke-11 dan menjadi tim Asia yang paling sering mentas di ajang ini.

Tim berjuluk Taegeuk Warriors itu membuat penampilan debut mereka di Piala Dunia 1954. Setelah itu Korea Selatan muncul secara berurutan di setiap edisi sejak 1986.

Penampilan terbaik Korea Selatan adalah di peringkat keempat pada edisi Piala Dunia 2022. Kebetulan saat itu, Korea Selatan menjadi tuan rumah bersama Jepang.

Korea Selatan juga mencatatkan diri sebagai tim pertama di luar Eropa dan Amerika yang lolos ke babak semifinal.

Setelah Korea lolos ke Piala Dunia 2022, Timnas Jepang kemudian memastikan diri pada 24 Maret 2022 dan lolos untuk kali ketujuh ke Piala Dunia. Tim Samurai Biru selalu bermain di Piala Dunia sejak 1998.

Setelah itu baru Arab Saudi yang lolos bersamaan di hari yang sama dengan Jepang. Arab Saudi untuk kali keenam akan bermain di Piala Dunia.

Banyak Negara Meremehkan Keadilan dan Hukum

Transparency International mencatat bahwa korupsi berkembang pesat karena banyak negara melemahkan sistem peradilan. Baik pemimpin otoriter maupun demokratis sama-sama meremehkan keadilan.

Kondisi ini meningkatkan impunitas terhadap korupsi dan bahkan mendorongnya dengan menghilangkan konsekuensi bagi para pelaku kejahatan.

Pada kenyataannya, tindakan korupsi seperti penyuapan dan penyalahgunaan kekuasaan juga menyusup ke banyak pengadilan dan lembaga peradilan lainnya di seluruh dunia.

Ketika korupsi menjadi hal yang lumrah, masyarakat yang rentan akan membatasi akses mereka terhadap keadilan, sementara masyarakat yang kaya dan berkuasa menguasai seluruh sistem peradilan, dengan mengorbankan kebaikan bersama.

"Korupsi akan terus berkembang sampai sistem peradilan dapat menghukum pelaku kejahatan dan menjaga pemerintah tetap terkendali. Ketika keadilan dibeli atau diintervensi secara politik, rakyatlah yang menderita. Para pemimpin harus berinvestasi penuh dan menjamin independensi lembaga-lembaga yang menegakkan hukum dan memberantas korupsi. Sudah saatnya mengakhiri impunitas korupsi," kata François Valerian, Ketua Transparansi Internasional.

Lantas bagaimana dengan korupsi di negara-negara kawasan ASEAN?